Sabtu, 06 Juni 2015

Meneer. Bolshevik : Segala penghancuran yang tidak menawarkan daya cipta adalah sampah




Tan Malaka





Tan malaka (Sultan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka). Lahir di desa bernama pandan gadang, suliki, minangkabau (Sumatra utara). Keluarga Tan malaka adalah muslim yang taat, saat kecil dirinya di didik secara ketat sampai saat usia remaja dirinya telah pandai berbahasa arab. Pada 1908-1913 ia melanjutkan pendidikannya ke Kweekscholl yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan "sekolah raja". Pada Oktober 1913 dirinya memutuskan melanjutkan pendidikannya ke Belanda dan masuk Rijkskweekschool, Haarlem, Nederland.

Konsep pendidikan Tan malaka tidak jauh dari pembebasan kaum pribumi jelata. Dirinya mengajarkan ilmu-perkakas untuk mencari nafkah dalam masyarakat kapitalis. Selain itu Tan malaka juga mengajarkan semangat kerakyatan dalam pergerakan kaum jelata (kaum kromo).

Menurutnya, Kolaborasi antara komunisme dan Islamisme adalah salah satu cara revolusi untuk menumbangkan kolonialisme dan emperialisme. 

Bagi saya pribadi, Tan malaka adalah manusia indonesia yang jarang di temukan, dirinya adalah seorang yang memiliki pemikiran dan ide yang sangat luar biasa. Namun yang paling penting dari dirinya adalah sikap teguhnya dalam memperjuangkan semua yang dia miliki (pemikirannya).

Atas dasar intelektualnya yang matang konon Soekarno-Hatta sebagai poros kepemimpinan Indonesia saat itu membuat surat wasiat yang isinya seandainya mereka mati atau tertangkap dan tidak dapat memimpin jalannya revolusi maka kepemimpinan tersebut akan di teruskan oleh Tan malaka, Iwa kusumasumantri, Wongsonegoro dan Sutan Sjahrir.

Pemikiran Tan malaka yang paling terpenting adalah Madilog (Materialisme-Dialektika-Logika), buku tersebut di tulisnya ketika ia baru sampai dari petualangannya selama 20 Tahun Di luar negeri. Buku itu di tulisnya mulai 15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943.

Menurutnya Marxisme adalah fraksis baru bagi filsafat, cara berfikir yang banyak berjasa membongkar tipu daya palsu yang bersembunyi dibalik sistem nilai yang "suci dan sopan" (Kapitalisme). Sejatinya Marxisme sebagai anak pemikiran dari Karl marx dan Frederick engels. Keduanya dianggap mempertemukan teori dan praksis, seperti laras dan peluru, keduanya menyatu sebagai man behind the gun of marxism.

Baginya Marxisme dibagi menjadi tiga bagian, yakni filsafat, ekonomi-politik dan sosialisme. Lewat bukunya madilog Tan malaka berambisi membangun filsafat berfikir bagi kaum proletar Indonesia. Lewat madilog tan malaka menegaskan keyakinannya bahwa suatu paham politik yang kuat dan ideologi yang dianut luas sudah selayaknya berdiri di atas epistimologi politik yang dapat dipertanggung jawabkan sampai dasar sedalam-dalamnya dan di uji konsekwensi nya sampai batas paling jauh. Madilog juga menjelaskan munculnya pertarungan filsafat dua aliran baru yakni Materialisme versus Idealisme (Perspektif Marxisme, Tan Malaka : Teori dan Praksis Menuju Republik).

Tan malaka menganggap Ide absolut sama dengan Metafisika, ide yang mula dan sebab yang tidak diadakan oleh realitas lainnya, ia tunggal diluar hukum hidup dan mati, tidak melahirkan dan dilahirkan, tidak takluk pada hukum ruang dan waktu, singkatnya ide absolut berkuasa dan sempurna (Dewa/roh).

Berangkat dari contoh analogi di atas, lewat bukunya Tan malaka dapat mengurai kerumitan filsafat barat menjadi bentuk yang sederhana, melalui analogi-analogi dirinya mampu menggambarkan filsafat dapat di cerna oleh otak lokal Indonesia.

"Kamu pahlawan dari angkatan revolusioner !! ,Tunrunlah massa si lapar, si miskin, si hina, si melarat, si haus itu menempuh barisan musuh dan pecahkan bentengnya itu, cabut nyawanya, patahkan tulangnya, tanamkan galah benderamu di atas benteng itu. Janganlah kamu biarkan bendera itu diturunkan atau di tukar oleh siapa juga. Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu, dan tulangmu. Itulah tempat yang selayaknya bagimu, seorang putera tanah air tempat darahmu tumpah," (Massa Actie).

Cita-cita Tan malaka sebenarnya hampir sama dengan cita-cita yang di sumpahkan oleh gajah mada, dalam kejayaan majapahit gajah mada bersumpah akan menyatukan nusantara dan asia tenggara dalam kerajaan Majapahit.


Ia mencita-citakan Republik Federasi Indonesia berdasarkan pada keadaan ekonomi, sosial dan politik. Gagasan mempersatukan asia tenggara juga di lanjutkan dengan menciptakan poros kekuatan internasional baru, hal ini di buktikan dengan munculnya istilah kata ASLIA (Asia-Australia). Dalam Aslia juga meliputi wilayah Birma, Thailand, Annam, Filipina, Semenanjung Malaka, Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku, Papua, Sunda Kecil dan Australia. Alasan penyatuan negara ini dengan menempatkan Indonesia sebagai sental, didasarkan pada beberapa kesamaan seperti ras, iklim, bumi, penduduk, dan keadaan ekonomi.

Dengan demikian Tan malaka mencita-citakan lahirnya semacam federasi sosialisme dunia sebagai pilar yang saling berhubungan secara internasional.

Akhir hayat sang meneer terbilang sangat tragis. Tepat 19 Februari 1949, batalion Sabaruddin yang melindungi Tan malaka di serang satuan lain, ialah faksi TNI. Dari penyerbuan tersebut ada Sekitar 80 orang di tahan. Namun dalam penyerbuan tersebut Tan malaka beserta pengikutnya melarikan diri ke desa Mojo Jawatimur. Didesa mojo inilah dirinya tertangkap, pada tanggal 19 Februari 1949 Tan malaka di habisi tanpa ampun di tepi sungai Brantas.

Pejuang Revolusioner itu di tembak mati dan tubuhnya di buang begitu saja ke sungai Berantas. Diduga kematiannya ada campur tangan politik yang sangat besar.

Baginya Sejarah tanpa pilih kasih, seperti yang ia cita-citakan selama ini, ia gugur untuk menuntun massa si lapar, si hina, si miskin dan si melarat sampai garis paling ujung dari seluruh riwayat dan impiannya.


Terkait Tulisan yang kurang lengkap, Kurang lebihnya saya mohon maap... (AW/Blgg).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar